Total Tayangan Halaman

Minggu, 04 Oktober 2015

Visi, Misi, Fungsi, Tujuan Dan Strategi Pendidikan Nasional



A.    Visi, Misi, Fungsi, Tujuan Dan Strategi Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. UUSPN dari No. 2 tahun 1989 diganti UU No. 20 tahun 2003, dilakukan dalam rangka memperbarui visi, misi dan strategi pendidikan nasional. Pembaruan sistem pendidikan nasional mencakup penghapusan diskriminasi antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal.

Visi pendidikan nasional adalah :
memberdayakan semua warga negara Indonesia, sehingga dapat berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu bersaing dan sekaligus bersanding dalam menjawab tantangan zaman.

Misi pendidikan nasional adalah:
v  Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
v  Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
v  Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
v  Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
v  Memberdayakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks NKRI.

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.

Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
  1. Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
  2. Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO

`           Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

Strategi pendidikan nasional adalah:
v  Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia.
v  Pengembangan dan pelaksanaan kurkulum berbasis kompetensi.
v  Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
v  Evaluasi, akreditasi dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.
v  Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan.
v  Penyediaan sarana belajar yang mendidik.
v  Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan.
v  Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata.
v  Pelaksanaan wajib belajar.
v  Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan.
v  Pemberdayaan peran masyarakat.
v  Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat.
v  Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3. 


Daftar Pustaka

 

HAKIKAT SEORANG GURU



 
Pendidikan berlangsung di tiga lembaga yang disebut dengan tripusat pendidikan, yakni keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang kedua, serta masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang ketiga. Pelaksanaan pendidikan atau pembimbing di tiga lembaga pendidikan tersebut di sebut sebagai tenaga pendidik. Orang tua di keluarga atau rumah, guru di sekolah, dan tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama, pemimpin seluruhnya disebut sebagai pendidik.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang di rancang khusus untuk membantu keluarga membimbing dan mengembangkan kepribadian dan segala potensi yang dimiliki peserta didik, memiliki peran yang sangat penting. Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada BAB II pasal 22, point (1) dinyatakan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus sesuai dengan bidangnya. BAB III pasal 7 UU RI No. 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :
a.       Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
b.      Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
c.       Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas
d.      Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e.       Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
f.       Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
g.      Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
h.      Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan
i.        Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal – hal yang berkaitan dengan tugas keprofesional guru.

Dari segi peserta didik menjadi tumpuan harapan, menjadi sumber informasi dan energi bagi bergeraknya proses pendidikan. Good & Brophy (1986) (diambil dari H. Prayitno. 2002 : 107 – 109), menghimpun berbagai temuan tentang harapan siswa terhadap guru, yakni :
a. Profil guru yang diharapkan siswa :
1)      Periang
2)      Suka berteman
3)      Beremosi matang
4)      Jujur dan ikhlas
5)      Dapat dipercaya
6)      Sehat mental
7)      Dapat menyesuaikan diri
8)      Merupakan pribadi yang kuat: memiliki otoritas (tetapi tidak otoriter)

b. Sikap guru yang diharapkan siswa :
1)      Aktif mendengarkan apa yang dikemukakan siswa tanpa bersikap mempertahankan diri.
2)      Apabila menghadapi masalah siswa menghindari solusi yang mengarah kepada pemecahan menang atau kalah
3)      Berorientasi pemecahan masalah (problem solving), menghindari sikap menarik diri, menyalahkan orang lain, histeris dan reaksi emosional lainnya.

c. Figur guru otoritatif (bukan otoriter) menurut harapan siswa :
1)      Menjaga dan menegakkan aturan ; jika perlu ada hukuman yang cukup keras dan tegas
2)      Aktif melakukan tugas – tugasnya
3)      Dapat menjelaskan dengan baik ; uraiannya dapat dimengerti, dan jika diperlukan (ditanya ) dapat menerangkan dengan baik
4)      Menarik dan tidak membosankan
5)      Adil ; taat asas, tidak pilih kasih
6)      Enak diajak berteman ; sopan, bicara lembut (tidak keras atau membentak), dapat tertawa (jika memang layak untuk tertawa)

d. Ciri guru yang sukses, sebagaimana harapan siswa ;
1)      Memiliki persepsi yang realistic terhadap diri sendiri dan siswa.
2)      Menikmati hubungannya dengan siswa.
3)      Benar – benar menghayati perannya dan senang dengan perannya itu.
4)      Memiliki sikap yang jika ditentang atau diuji tidak marah
5)      Menampilkan kesabaran dan sekaligus ketegasan

            Hal – hal yang dikemukakan di atas bukan sekedar harapan peserta didik akan tetapi yang seharusnya terjadi pada diri didik. Ketokohan pendidik dihadapan peserta didik adalah sebagai obyek peniruan dan sekaligus pendorong bagi dinamika pengembangan diri peserta didik dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.
            Profil Guru yang sukses dan tidak sukses menurut Good dan Brophy 1996
a. Guru Sukses
1.      Memandang bahwa pekerjaan mendidik sebagai sesuatu yang menarik dan menantang
2.      Adanya masalah sesuatu yang harus ditangani dan dipecahkan
3.      Bersedia bekerja atau melayani siswa yang lambat
4.      Bersikap relistik terhadap siswa
5.      Suka melakukan hubungan antar pribadi dengan siswa
6.      Menganggap siswa sebagai pribadi yang sedang belajar
7.      Hangat dan tampak istimewa di mata siswa
8.      Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berperanan memecahkan masalah yang timbul

b. Guru Tidak Sukses
1.      Memandang bahwa mengajar sebagai pekerjaan yang membosankan
2.      Menyerahkan terhadap adanya masalah ; masalah dianggap sebagai berikut
3.      Menolak atau melayani siswa yang memerlukan bantuan
4.      Hubungan dengan siswa bersifat subyektif dan emosional
5.      Adanya gerak antar siswa dengan guru
6.      Menganggap siswa sebagai beban atau musuh
7.      Dianggap tidak ada hubungan
8.      Menganggap diri sendiri sebagai pengganti orang tua dan bertugas menegakkan kedisiplinan