BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tunagrahita
Istilah mengenai tunagrahita
sebelumnya banyak ragamnya, seperti, terbelakang mental, cacat grahita, lemah
ingatan, namun akhirnya istilah yang resmi sesuai Peraturan Pemerintah RI No.
72 Tahun 1991, adalah tunagrahita.
Tunagrahita termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus (ABK). Pendidikan
secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah
luar biasa (SLB).
Pedoman penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (1993) Mendefinisikan tungrahita yaitu adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat intelegensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social.
Pengertian tunagahita pun bermacam-macam. Tunagrahita ialah istilah yang
digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah
rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan hendaya
atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan,
nilai, kualitas, dan kuantitas. Selain itu, penyandang tunagrahita mempunyai
resiko lebih besar untuk di eksploitasi untuk diperlakukan salah secara fisik
atau seksual (physic or sexual abuse). Selalu ada hendaya perilaku
adaptif, tetapi dalam lingkungan social terlindung dimana sarana pendukung
cukup tersedia, hendaya ini mungkin tidak sampai sama sekali pada penyandang
tunagrahita taraf ringan.
Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki
cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita ringan
lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang kurang. Secara global
pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki
keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang
membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang
maksimal.
AAMD (America Association of
Mental Deficiency) menjelaskan bahwa tunagrahita menunjukkan adanya
keterbatasan dalam fungsi, yang mencakup fungsi intelektual yang dibawah
rata-rata, dimana berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih
keterampilan adaptif seperti komunikasi, merawat diri sendiri,
keterampilan social, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, dan waktu luang.
Keadaan ini nampak sebelum usia 18 Tahun. Gangguan dipengaruhi oleh faktor
genetic, lingkungan dan psikososial (Kaplan, 1997).
Seseorang dikategorikan berkelainan
mental subnormal atau tunagrahita atau retardasi mental, jika ia memiliki
tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk
meniti tugas perkembangnnya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,
termasuk dalam program pendidikannya (Branata dalam Effendi, 2006).
Edgarr Doll (dalam Efendi, 2006)
berpendapat seseorang dikatakan tunagrahita jika : (1) secara social tidak
cakap, (2) secara mental dibawah normal, (3) kecerdasannya terhambat sejak
lahir atau pada usia muda, dan (4) kematangannya terhambat. Adapun Efendi
(2006) mengemukakan istilah anak berkelainan mental subnormal disebut pula
dengan terbelakang mental, lemah ingatan (feebleminded), mental subnormal serta
tunagrahita. Semua makna diatas menunjuk kepada seseorang yang memiliki
kecerdasan mental bawah normal.
Dari uraian diatas peneliti
menyimpulkan pengertian tunagrahita adalah salah satu bentuk gangguan yang
dapat ditemui diberbagai tempat, dengan karakteristik penederitanya yang
memiliki tingkatan kecerdasan dibawah rata-rata (IQ dibawah 75), dan mengalami
kesulitan dalam beradaptasi maupun melakukan berbagai aktivitas sosial
lingkungan, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan
khusus sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
B.
Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi berdasarkan skor IQ WISC (dalam Efendi,
2006):
a.
Ringan (Mild atau Debil atau Moron)
Anak tunagrahita mampu didik (debil)
adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa,
tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak
tunagrahita mampu didik antara lain:
Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung,
kepentingan kerja dikemudian hari. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu didik
berarti anak tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang
akademis, sosial dan pekerjaan.
b.
Sedang (Imbecile atau Moderate)
Anak tunagrahita mampu latih atau
imbecile adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedimikian rendahnya
sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak
tunagrahita mampu didik. Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita
mampu latih yang perlu diberdayakan, yaitu:
1. Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, pakaian, tidur, atau mandi sendiri.
2. Belajar menyesuaikan lingkungan rumah atau sekitarnya.
3. Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja, atau di
lembaga khusus.
`Kesimpulannya, anak tungrahita
mampu latih berarti anak tunagrahita yang hanya dapat dilatih untuk megurus
diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (daily living),
serta melakukan fungsi social kemasyarakatan menurut kemampuannya.
c. Berat
atau Idiot (IQ 0-25)
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot)
adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia
tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan
diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. A child who is an idiot is so
low intelectually that he does not lern to talk and usually does learn to take
care of his bodily need (kirk & Johnson dalam Efendi, 2006). Dengan
kata lain, anak tunagrahita rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan
perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup
tanpa bantuan orang lain (totally dependent) (Patton dalam Efendi,
2006).
Klasifikasi tunagrahita menurut
Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ III) adalah :
a. Tunagrahita Ringan (IQ 50-69)
Penyandang tunagrahita ringan biasanya agak terlambat
dalam belajar bahasa tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan
berbicara untuk keperluan sehari-hari, mengadakan percakapan, dan dapat
diwawancarai. Kebanyakan dari mereka juga dapat mandiri penuh dalam merawat
diri sendiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar dan kecil) dan mencapai
keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat
perkembangannya agak lambat daripada normal. Kesulitan utama biasanya tampak
dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademis, dan banyak diantaranya
mempunyai masalah khusus dalam membaca dan menulis. Namun demikian, penyandang
tunagrahita ringan bisa sangat tertolong dengan pendidikan yang dirancang untuk
mengembangkan keterampilan mereka dan mengkompensasi kecacatan mereka.
Kebanyakan penyandang tunagrahita ringan yang tingkat intelegensinya lebih
tinggi mempunyai potensi melakukan pekerjaan yang lebih membutuhkan kemampuan
praktis daripada akademik, termasuk memerlukan sedikir keterampilan saja. Dalam
konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit prestasi akademik, sampai tingkat
tertentu dari tunagrahita ringan tidak menunjukkan masalah. Namun demikian,
bila juga terdapat immaturitas emosional dan sosial yang nyata, maka tampak
akibat kecacatannya misalnya ketidakmampuan mengatasi tuntutan pernikahan atau
pengasuhan anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan harapan dan tradisi
budaya.
b. Tunagrahita Sedang (IQ 35-49)
Penyandang tunagrahita kategori ini lambat dalam
mengembangkan pemahaman dan penggunaan bahasa, prestasi akhir yang dapat mereka
capai dalam bidang ini terbatas. Keterampilan merawat diri dan keterampilan
motorik juga terlambat, dan sebagian dari mereka ini memerlukan pengawasan
seumur hidup. Kemajuan dengan pekerjaan sekolah terbatas, tetapi sebagian dari
mereka ini dapat belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk membaca,
menulis dan berhitung. Program pendidikan khusus dapat memberi kesempatan
mereka untuk mengembangkan potensi mereka yang terbatas dan memperoleh
keterampilan dasar. Ketika dewasa, penyandang tunagrahita sedang ini biasanya
mampu melakukan pekerjaan praktis yang sederhana, bila tugas-tugasnya disusun
rapid an diawasi. Jarang ada yang dapat hidup mandiri sepenuhnya pada masa
aktif secara fisik dan mayoritas menunjukkan perkembangan sosial dalam
kemampuan mengadakan kontak, berkomunikasi dengan orang lain, dan terlibat
dalam aktivitas sosial yang sederhana
.
c. Tunagrahita Berat (IQ 20-34)
Kategori ini umumnya mirip dengan tunagrahita sedang
dalam hal gambaran klinis, terdapatnya suatu etiologi organic, dan kondisi yang
menyertainya. Prestasi yang lebih rendah daripada tunagrahita sedang juga
paling lazim pada kelompok ini. Kebanyakan penyandang tunagrahita kategori ini
menderita hendaya motorik atau defisit lain yang menyertainya, dan hal ini
menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna
secara klinis dari susunan syaraf pusat.
d. Tunagrahita Sangat Berat (IQ <20)
Dalam kategori ini, secara praktis individu yang
menyandang tunagrahita sangat berat sangat terbatas kemampuannya untuk mematuhi
atau memahami permintaan atau instruksi. Sebagian besar dari mereka tidak dapat
bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya, inkontinensia, dan hanya mampu
mengadakan komunikasi verbal yang belum sempurna. Mereka tidak atau hanya
mempunyai sedikit sekali kemampuan untuk mengurus sendiri kebutuhan dasar
mereka, dan senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan.
C.
Karakteistik
Tunagrahita
Ketunagrahitaan
merupakan suatu kondisi yang dalam perkembangan kecerdasannya memiliki banyak
hambatan, sehingga mereka sulit dalam mencapai tahap-tahap perkembangan yang
optimal, ada beberapa karakteristik yang dapat kita pelajari, adaptasi dari
Astati (2001:5) sebagai berikut:
a.
Kecerdasan
Kapasitas
belajar anak terbelakang sangat terbatas. Terlebih lagi kapasitas mengenai
hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning)
daripada dengan pengertian. Dari hari ke hari dibuatnya kesalahan-kesalahan
yang sama. Perkembangan mentalnya mencapai puncak pada usia masih muda.
b.
Sosial
Dalam
pergaulan, mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin dirinya
sendiri. Waktu masih muda harus senantiasa dibantu, setelah dewasa kepentingan
ekonominya bergantung pada orang lain. Mereka mudah terperosok ke dalam tingkah
laku yang tidak baik.
c.
Fungsi-fungsi mental lain
Mereka
mengalami kesukaran memusatkan perhatian. Minatnya sedikit dan cepat beralih
perhatian, pelupa, sukar membuat asosiasi-asosiasi, sukar membuat kreasi baru.
Mereka cenderung menghindar dari berpikir.
d.
Dorongan dan emosi
Anak
yang sangat terbelakang hampir-hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk
mempertahankan dirinya. Kehidupan dan penghayatannya terbatas.
e.
Kepribadian
Anak tunagrahita jarang yang mempunyai
kepribadian yang dinamis, menawan, berwibawa, dan berpandangan luas.
Kepribadian mereka pada umumnya mudah goyah.
f. Organisme
Baik struktur tubuh maupun fungsi
organismenya, anak tunagrahita pada umumnya kurang dari anak normal. Sikap dan
gerakannya kurang sigap. Mereka juga kurang mampu melihat persamaan dan
perbedaan. Mengacu pada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah
rata-rata/normal, sehingga menyebabkan perkembangan kecerdasan dimiliki banyak
hambatan, untuk itu diperlukan layanan khusus guna membantu mengoptimalkan
kemampuan dan potensinya, hal ini terutama yang berkaitan dengan perawatan
diri. Sehingga pada kehidupannya kelak dapat mandiri dan tidak selalu
tergantung pada orang lain.
D. Ciri-ciri Tunagrahita
1.
Penampilan
fisik tidak seimbang atau kurang proporsional. Contoh:
-ukurankepala terlalu besar atau kecil -tangan atau kaki
pendek.
2.
Tidak dapat
mengurus diri sendiri
meski usia menginjak dewasa.
3.
Kelopak
mata tebal, sehingga
terlihat
sipit.
4.
Perkembangan
komunikasi (bicara atau berbahasa)
terhambat
5.
Perhatian
terhadap lingkungan
tidak ada.
6.
Koordinasi gerakan kurang.
7.
Pandangan
cenderung kosong8.Sering keluar
ludah atau cairan dari
mulut.
E.
Penyebab Tunagrahita
Tunagrahita dapat disebabkan oleh
beberapa faktor (Kaplan, 1997) yaitu:
a. Genetik
(kromosom dan bawaan)
1. Sindroma down (mongoloid)
dengan karakteristik mata yang sipit, lipatan epikantus, dan hidung yang pesek.
Terdapat persetujuan tentang beberapa faktor penyebab dalam gangguan kromosom,
diantaranya yaitu bertambahnya usia ibu, kemungkinan bertambahnya usia ayah,
dan radiasi sinar-X. Menurut banyak sumber, pasien dengan sindroma down adalah
tenang, riang dan bekerja sama yang mempermudah penyesuaian diri mereka
dirumah. Gambaran tampaknya berubah pada masa remaja yang mungkin mengalami
berbagi kesulitan emosional, gangguan perilaku, dan kemungkina kecil gangguan
psikotik. Orang dengan sindroma down menunjukkan pemburukan yang jelas dalam
bahasa, daya ingat, keterampilan merawat diri sendiri, dan memecahkan masalah
dalam usia 30 tahunan.
2. Sindroma X rapuh merupakan penyebab
tunggal kedua yang tersering pada tunagrahita. Sindroma ini disebabkan dari
mutasi pada kromosom X yang diketahui sebagai tempat rapuh. Fenotip yang
tipikal adalah kepala yang besar dan panjang, perawakan pendek, sendi hiperekstensif,
dan makro-orkhidisme pascapubertal. Derajat tunagrahita terentang
dari ringan sampai berat. Ciri perilaku orang dengan sindroma ini adalah
tingginya angka gangguan defisit atensi/hiperaktivitas, gangguan belajar, dan
gangguan perkembangan pervasif, seperti gangguan autistic. Defisit dalam fungsi
bahasa adalah pembicaraan yang cepat dan perseveratif dengan kelainan
mengkombinasikan kata-kata membentuk frase dan kalimat. Orang dengan sindroma X
rapuh tampaknya memiliki keterampilan dalam komunikasi dan sosialisasi yang relative
kuat, dan fungsi intelektual mereka tampaknya menurun dalam periode pubertal.
3. Sindroma Prader-Willi, merupakan
akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15, biasanya terjadi secara
sporadik. Orang-orang dengan sindroma ini menunjukkan perilaku makan yang
kompulsif dan seringkali obesitas, tunagrahita, hipogonadisme, perawakan
pendek, hipotonia, dan tangan dan kaki yang kecil. Anak-anak dengan sindroma
ini seringkali memiliki perilaku oposisional yang menyimpang.
4. Sindroma tangisan kucing (cat
cry syndrome). Anak-anak dengan sindroma ini kehilangan bagian kromosom 5.
mereka mengalami seringkali disertai dengan penyimpangan kromosom, seperti
mikrosefali, telinga yang letaknya rendah, fisura palpebraoblik,
hipertelorisme, dan mikrognatia. Tangisan seperti kucing yang karakteristik,
disebabkan oleh kelainan laring, dan sindroma ini menghilang seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Faktor genetik lain:
- Femilketonuria (PKU), merupakan gangguan metabolisme bawaan.
Sebagian besar pasien dengan PKU mengalami tingkat keparahan tunagrahita yang
berat, tetapi beberapa dilaporkan mengalami kecerdasan yang normal. Ekserma,
kejang dan muntah ditemukan pada sepertiga kasus. Gambaran anak dengan PKU
adalah hiperaktif dan menunjukkan gerakan yang aneh pada tubuhnya dan
anggota gerak atas dan manerisme memuntir tangan, dan perilaku mereka terkadang
menyerupai anak yang autistic dan schizofrenik. Komunikasi verbal dan nonverbal
biasanya terganggu parah atau tidak ditemukan. Koordinasi anak adalah buruk,
dan mereka memiliki banyak kesulitan perceptual.
- Gangguan Rett, merupakan sindroma tunagrahita dominant terkait-X yang
degeneratif dan hanya mengenai wanita. Pemburukan keterampilan komunikasi
perilaku motorik, dan fungsi sosial dimulai pada usia 1,5 tahun. Gejala
autistik dan ataksia sering ditemukan.
- Neurofibromatosis, merupakan sindroma neurokutaneus yang
paling sering disebabkan oleh gen dominant tunggal. Gangguan ini mungkin
diturunkan, atau mungkin juga karena mutasi yang baru. Ditemukan pada sepertiga
dari penderita tunagrahita taraf ringan.
- Sklerosis tuberosis merupakan sindrom neurokutaneus yang
kedua yang tersering. Angka autisme yang lebih tinggi dibandingkan gangguan
intelektual akan menyebabkan orang memperkirakan gangguan ini.
- Sindroma Lesch-Nyhan, merupakan suatu gangguan yang jarang
disebabkan oleh defisiensi suatu enzim yang terlibat dalam metabolisme purin.
Sindroma ini disertai dengan mutilasi diri kompulsif yang parah dengan
menggigit mulut dan jari-jari.
- Adrenoleukodistrofi, ditandai oleh demielinasi difus
pada materi putih serebral, yang menyebabkan gangguan visual dan intelektual,
kejang, spastisitas, dan perkembangan menuju kematian. Onset klinis
biasanya antara 5 dan 8 tahun, dengan kejang awal, gangguan gaya berjalan, dan
gangguan intelektual ringan.
- Penyakit urin sirup maple, gejala klinis dari penyakit urin
sirup maple tampak selama minggu pertama kehidupan. Bayi memburuk dengan
cepat dan mengalami rigiditas deserebrasi, kejang, iregularitas
pernapasan, dan hipoglikemia.
- Gangguan defisiensi enzim lain :
1) Pada masa sebelum kelahiran
(pra-natal)
- Infeksi
Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis
sebagai penyebab utama malformasi congential dan tunagrahita yang
disebabkan oleh infeksi maternal. Anak-anak dari ibu yang terkena menunjukkan
sejumlah kelainan, termasuk penyakit jantung congential, tunagrahita,
katarak, ketulian, mikrosefali, dan makroftalmia.
- Penyakit
inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita dari penyakit
ini seringkali memiliki klasifikasi serebral, mikrosefali, atau
hidrosefalus. Diagnosis ditegakkan dengan temuan virus yang positif pada kultur
tenggorok urin dengan ditemukannya sel mengandung inklusi dalam urin.
- Sifilis, sifilis
pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama berbagai perubahan
neuropatologis pada keturunannya, termasuk tunagrahita. Sekarang, insidensi
komplikasi sifilitik berfluktuasi tergantung insidensi sifilis pada populasi
umum.
- Toxoplasmosis, dapat
ditransmisikan dari ibu kepada janinnya. Penyakit ini menyebabkan tunagrahita
ringan atau berat, dan pada kasus yang berat, meyebabkan hidrosefalus, kejang, mikrosefali,
dan korioretinitis.
- Herpes
simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun cara yang paling sering
adalah selama kelahiran. Mikrosefali, tunagrahita, klasifikasi
intracranial, dan kelainan ocular dapat terjadi.
- Sindroma
AIDS, banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah cukup bulan karena
terjadi lahir mati dan abortus spontan. Pada mereka yang dilahirkan terinfeksi
virus HIV sampai sepenuhnya mengalami ensefalopati progresif,
tunagrahita, dan kejang dalam tahun pertama kehidupan.
-Sindroma
alcohol janin, dapat terdiri dari tunagrahita da gambaran fenotipik
tipikal berupa dismorfisme fasial yang termasuk hipertelorisme,
mikrosefall, fisura palpebra yang pendek, lipatan epikantus bagian dalam,
dan hidung yang pendek dan mengarah ke atas. Seringkali, anak yang terkena,
mengalami gangguan belajar dan gangguan defisit atensi/hiperaktivitas.
- Pemaparan
zat prenatal, pemaparan prenatal seperti heroin, oplate, seringkali
menyebabkan seorang bayi yang kecil untuk usia kehamilannya, dengan lingkaran
kepala di bawah persentil ke-10 dengan gejala putus zat yang bermanifestasi dalam
dua hari pertama kehidupannya. Gejala putus zat pada bayi adalah iritabilitas,
hipertonia, tremor, muntah, tangisan dengan nada tinggi, dan kelainan pola
tidur.
- Penyulit
kehamilan, toksemia pada kehamilan dan diabetes maternal yang tidak
terkendala memberikan bahaya bagi janin dan kadang-kadang menyebabkan
tunagrahita.
2) Pada saat kelahiran (perinatal)
Tunagrahita
yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah luka-luka pada saat
kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir prematur.
3) Pada saat
setelah lahir (post-natal)
Penyakit-penyakit
akibat infeksi misalnya; meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema
nutrisi (kekurangan gizi, misalnya kekurangan protein yang diderita bayi dan
awal masa kanak-kanak), cedera kepala yang disebabkan karena kendaraan bermotor
yang dapat menyebabkan kecacatan mental.
-
Faktor Sosiokultural
Sosiokultural
atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual
manusia. Di satu sisi faktor kebudayaan memang mempunyai sumbangan positif
dalam membangun kemampuan psikofisik dan psikososial anak secara baik, namun
apabila faktor-faktor tersebut tidak berperan baik, tidak menutup kemungkinan
berpengaruh terhadap psikofisik dan psikososial anak. Tunagrahita biasanya
secara bermakna menonjol di antara orang yang mengalami gangguan cultural,
kelompok sosioekonomi rendah, dan banyak saudaranya yang terkena tunagrahita
dengan derajat yang serupa. Kehamilan pada remaja juga sering menjadi penyebab
tunagrahita.
Sedangkan menurut Kirk (dalam
Effendi, 2006), penyebab tunagrahita yaitu karena faktor endogen, yaitu faktor
ketidak sempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen (hereditary transmission
of psycho-biologicalinsufficiency) dan faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi
akibat perubahan psikologis dari perkembangan mental.
Dari sisi pertumbuhan dan
perkembangan, pemyebab ketunagrahitaan menurut Devenport (dalam Efendi, 2006)
dapat dirinci melalui jenjang berikut:
1.
Kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma,
2.
Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama
penyuburan telur,
3.
Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan
implantasi,
4.
Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio,
5.
Kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat
kelahiran,
6.
Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin,
7.
Kelainan atau ketunaan yang timbul pada bayi dan
kanak-kanak
Berdasarkan uraian di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyebab tunagrahita adalah berasal dari faktor
genetik dan kelainan kromosom yang terjadi pada masa pra-natal , pada masa peri-natal
seperti adanya sesak nafas dan lahir prematur, pada masa post-natal
seperti infeksi atau meningitis dan defisiensi nutrisi, serta faktor
sosiokultural seperti keberhasian yang terjadi pada usia remaja.
DAFTAR PUATAKA
http://alytpuspitasari.wordpress.com/2010/05/02/tunagrahita/
https://www.scribd.com/doc/95119515/Ciri-Tuna-Grahita