Total Tayangan Halaman

Kamis, 09 Juli 2015

Pandangan Progresivisme Terhadap Pengajaran

diyan putri utami, 3A-PGSD, No absen 23 

Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Jadi pengetahuan yang sudah ada pada masa kini yang dianggap benar mungkin pada masa yang akan datang akan dianggap salah, karena pengetahuan tersebut sudah berubah akibat dikembangkannya suatu pengetahuan sehingga munculah suatu pengetahuan baru yang mengakibatkan pengetahuan lama itu menjadi salah. Contohnya pada zaman dahulu permukaan bumi dianggap datar, kemudian matahari dianggap selalu mengitari bumi. Dengan pengetahuan yang mereka anggap sudah benar pada saat itu dengan saat ini sangatlah berbeda yaitu bahwa bumi memiliki permukaan yang datar melainkan bulat dan matahari dianggap mengitari bumi melainkan kebalikannya yaitu bumi yang mengitari matahari, itu dapat dilihat dari luar angkasa dengan satelit. 

 
Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Jadi pendidikan itu bertujuan untuk membentuk diri anak baik karakter maupun kemampuannya. Guru dan kurikulum hanyalah alat untuk membentuk diri anak tersebut.

John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Mungkin John Dewey menganggap bahwa anak didik dan minatnya akan lebih mudah dikembangkan karena kalau anak didik menyukai hal yang sesuai dengan minatnya maka anak didik itu akan lebih berusaha dan kerjakeras dalam mengembangkan minatnya dibandingkan dengan mata pelajaran yang belum tentu disukai atau diminati oleh anak didik, karena akan lebih susah untuk ditererima olehnya kalau anak didik terrsebut sangat tidak menyukai mata pelajaran yang tidak diminatinya. Maka muncullah “Child Centered Curiculum”, dan “Child Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya “My Pedagogical Creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Jadi progresivisme mempersiapkan pendidikan untuk anak didik pada masa  kini yaitu melalui pendidikan yang ada pada masa kini, maka anak akan tahu apa yang harus ia persiapkan dan dihadapi dalam kehidupannya yang sekarang agar anak didik siap dalam menjalankannya. Karena masa depan itu belum jelas akan seperti apa, jadi lebih baik anak didik dipersiapkan untuk proses kehidupan sekarang dibandingkan dengan masa depan, karena proses yang akan dihadapi sekarang akan berpengaruh pada masa yang akan datang. 

Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.

Maksudnya dalam aliran progresivisme lebih berfokus pada pengembangan dan kemajuan anak didik  bukan kepada kurikulum maupun perintah dan kata-kata guru akan tetapi mereka boleh mengembangkan pikiran, pendapat, pengetahuan dan kemampuan mereka untuk lebih maju. 

Pendidikan bersifat otoriter berarti guru yang dianggap memiliki kekuasaan tertinggi dikelas akan menekankan anak didiknya tentang aturan dan cara pengajaran yang sudah dibuat. Menolak penekanan atas disiplin yang keras, jadi aliran ini tidak suka ditekan dengan peraturan-peraturan yang ketat akan tetapi aliran ini menginginkan peraturan yang dapat dijalani dengan terarah dan bertahap agar berkembang dan maju tanpa tertekan. Menolak cara-cara belajar bersifat pasif, berarti anak didik dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, duduk, dan diam. Akan tetapi mereka lebih aktif seperti, diskusi berkelompok, membuat tanya jawab, bercerita didepan kelas, dan belajar sambil bermain lainnya, agar membuat siswa tidak bosan dalam menerima pengajaran dikelas. menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan masyarakat kepada generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti. Jadi pendidikan tidak hanya memberikan kebudayaan masyarakat yang sudah ada seperti orang yang nilainya bagus itu dianggap pinter, padahal yang nilainya bagus itu belum tentu bahwa dirinya itu pintar, bisa saja yang mendapatkan nilai bagus tersebut adalah hasil meniru jawaban orang lain. Dari hal itu semua orang akan menganggap bahwa semua yang nilainya bagus berarti pintar, sebenarnya orang pintar sudah pasti nilainya bagus. Juga mitos merupakan salah satu kebudayaan dari masyarakat. Biasanya mitos itu hanya diajarkan tanpa tuhu makna, nilai, manfaat dan asal-usul. Yang dapat diketahui hanyalah anjuran untuk mengikuti mitos tersebut.

Bagi progresivisme, gagasan atau kenyataan yang menunjukkan adanya dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat ditentang oleh progresivisme. Menurut progresivisme, sekolah yang baik adalah masyarakat yang baik dalam bentuk kecil, sedangkan pendidikan yang mencerminkan keadaan dan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan secara teratur sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah. Sekolah hendaknya merupakan suatu mikrokosmos dari masyarakat yang lebih luas.
Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus. Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu: (1) Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan; (2) Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak; (3) Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran; (4) Guru berperan sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan; (5) Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi; dan (6) Demokrasilah satu-satunya yang memberi tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide secara bebas, yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.

Bagi penganut progresivisme, pendidikan bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang demokratis.
Menurut Progresivisme, Kurikulum hendaknya:
  • Tidak universal melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada;
  • Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta didik) atau chil centered;
  • Berbasis pada masyarakat;.
  • Bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
Metode pendidikan yang diutamakan progresivisme adalah metode pemecahan masalah (poblem solving method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiry and discovery method). Sehubungan dengan metode ini, dalam pelaksanaannya dihutuhkan guru yang memiliki karakteristik sebagai berikut: permissive (pemberi kesempatan), friendy (bersahabat), a guide (seorang pembimbing), open minded (berpandangan terbuka), creative (kreatif) social a ware (sadar bermasyarakat), enthusiastic (antusias), cooperative and sincere (bekerja sama dan sungguh-sungguh) (Callahan and Clark, 1983).

Peranan pendidik dan peserta didik dalam aliran progresivisme, guru harusnya berperan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan peserta didik, sedangkan peserta didik berperan sebagai organisme yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh. Peserta didik dipandang sebagai organisme (subjek) yang kemampuan untuk berpikir, mampu menjelajahi kebutuhan, dan minatnya sendiri maka guru seharusnya berperanan sebagai: penyedia berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi belajar; (a guide) bagi munid-murid dalam merumuskan masalah, kegiatan penyelesaian masalah dan proyek-proyek mereka; merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas untuk digunakan dalam memcahkan masalah; membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah; dan bersama-sama anggota kelas mengevaluasi mengenai apa yang telah dipelajari; bagaimana mempelajarinya; informasi baru apa yang setiap siswa peroleh; apa yang siswa temukan oleh dirinya (Callahan and Clark, 1983). Edward J. (1982) menyimpulkan bahwa guru berperanan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat kebutuhan peserta didik. Sedangkan peserta didik berperanan sebagai organisme yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar