Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Jadi pengetahuan yang sudah ada pada masa kini yang dianggap benar mungkin pada masa yang akan datang akan dianggap salah, karena pengetahuan tersebut sudah berubah akibat dikembangkannya suatu pengetahuan sehingga munculah suatu pengetahuan baru yang mengakibatkan pengetahuan lama itu menjadi salah. Contohnya pada zaman dahulu permukaan bumi dianggap datar, kemudian matahari dianggap selalu mengitari bumi. Dengan pengetahuan yang mereka anggap sudah benar pada saat itu dengan saat ini sangatlah berbeda yaitu bahwa bumi memiliki permukaan yang datar melainkan bulat dan matahari dianggap mengitari bumi melainkan kebalikannya yaitu bumi yang mengitari matahari, itu dapat dilihat dari luar angkasa dengan satelit.
Pendidikan
harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Jadi
pendidikan itu bertujuan untuk membentuk diri anak baik karakter maupun
kemampuannya. Guru dan kurikulum hanyalah alat untuk membentuk diri anak
tersebut.
John Dewey adalah seorang
profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang
sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekankan pada anak didik dan
minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Mungkin John Dewey menganggap
bahwa anak didik dan minatnya akan lebih mudah dikembangkan karena kalau anak
didik menyukai hal yang sesuai dengan minatnya maka anak didik itu akan lebih
berusaha dan kerjakeras dalam mengembangkan minatnya dibandingkan dengan mata
pelajaran yang belum tentu disukai atau diminati oleh anak didik, karena akan
lebih susah untuk ditererima olehnya kalau anak didik terrsebut sangat tidak
menyukai mata pelajaran yang tidak diminatinya. Maka muncullah “Child Centered
Curiculum”, dan “Child Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak masa
kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey
dalam bukunya “My Pedagogical Creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari
kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Jadi progresivisme
mempersiapkan pendidikan untuk anak didik pada masa kini yaitu melalui pendidikan yang ada pada
masa kini, maka anak akan tahu apa yang harus ia persiapkan dan dihadapi dalam
kehidupannya yang sekarang agar anak didik siap dalam menjalankannya. Karena
masa depan itu belum jelas akan seperti apa, jadi lebih baik anak didik dipersiapkan
untuk proses kehidupan sekarang dibandingkan dengan masa depan, karena proses
yang akan dihadapi sekarang akan berpengaruh pada masa yang akan datang.
Progresivisme memberikan
perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah
atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak pendidikan yang
bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak
cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan
yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi
muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.
Maksudnya dalam aliran
progresivisme lebih berfokus pada pengembangan dan kemajuan anak didik bukan kepada kurikulum maupun perintah dan
kata-kata guru akan tetapi mereka boleh mengembangkan pikiran, pendapat,
pengetahuan dan kemampuan mereka untuk lebih maju.
Pendidikan bersifat otoriter
berarti guru yang dianggap memiliki kekuasaan tertinggi dikelas akan menekankan
anak didiknya tentang aturan dan cara pengajaran yang sudah dibuat. Menolak
penekanan atas disiplin yang keras, jadi aliran ini tidak suka ditekan dengan
peraturan-peraturan yang ketat akan tetapi aliran ini menginginkan peraturan
yang dapat dijalani dengan terarah dan bertahap agar berkembang dan maju tanpa
tertekan. Menolak cara-cara belajar bersifat pasif, berarti anak didik dalam
proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, duduk, dan diam. Akan tetapi
mereka lebih aktif seperti, diskusi berkelompok, membuat tanya jawab, bercerita
didepan kelas, dan belajar sambil bermain lainnya, agar membuat siswa tidak
bosan dalam menerima pengajaran dikelas. menolak konsep dan cara-cara
pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan masyarakat kepada
generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti. Jadi
pendidikan tidak hanya memberikan kebudayaan masyarakat yang sudah ada seperti
orang yang nilainya bagus itu dianggap pinter, padahal yang nilainya bagus itu
belum tentu bahwa dirinya itu pintar, bisa saja yang mendapatkan nilai bagus
tersebut adalah hasil meniru jawaban orang lain. Dari hal itu semua orang akan
menganggap bahwa semua yang nilainya bagus berarti pintar, sebenarnya orang
pintar sudah pasti nilainya bagus. Juga mitos merupakan salah satu kebudayaan
dari masyarakat. Biasanya mitos itu hanya diajarkan tanpa tuhu makna, nilai,
manfaat dan asal-usul. Yang dapat diketahui hanyalah anjuran untuk mengikuti
mitos tersebut.
Bagi progresivisme, gagasan
atau kenyataan yang menunjukkan adanya dinding pemisah antara sekolah dan
masyarakat ditentang oleh progresivisme. Menurut progresivisme, sekolah yang
baik adalah masyarakat yang baik dalam bentuk kecil, sedangkan pendidikan yang
mencerminkan keadaan dan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan secara teratur
sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah. Sekolah hendaknya merupakan suatu
mikrokosmos dari masyarakat yang lebih luas.
Menurut progresivisme,
pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu rekonstruksi
pengalaman yang terus-menerus. Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai
pendidikan dan belajar, yaitu: (1) Pendidikan seharusnya adalah hidup itu
sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan; (2) Belajar harus langsung
berhubungan dengan minat anak; (3) Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya
diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran; (4) Guru berperan sebagai
pemberi advise, bukan untuk mengarahkan; (5) Sekolah harus menggerakkan
kerjasama daripada kompetensi; dan (6) Demokrasilah satu-satunya yang memberi
tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide secara bebas,
yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.
Bagi penganut progresivisme,
pendidikan bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai
masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan.
Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi
warga negara yang demokratis.
Menurut Progresivisme, Kurikulum hendaknya:
- Tidak universal melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada;
- Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta didik) atau chil centered;
- Berbasis pada masyarakat;.
- Bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
Metode pendidikan yang
diutamakan progresivisme adalah metode pemecahan masalah (poblem solving
method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiry and discovery
method). Sehubungan dengan metode ini, dalam pelaksanaannya dihutuhkan guru
yang memiliki karakteristik sebagai berikut: permissive (pemberi
kesempatan), friendy (bersahabat), a guide (seorang pembimbing), open
minded (berpandangan terbuka), creative (kreatif) social a ware
(sadar bermasyarakat), enthusiastic (antusias), cooperative and
sincere (bekerja sama dan sungguh-sungguh) (Callahan and Clark, 1983).
Peranan pendidik dan peserta
didik dalam aliran progresivisme, guru harusnya berperan untuk memimpin dan
membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan
kebutuhan peserta didik, sedangkan peserta didik berperan sebagai organisme
yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh. Peserta didik
dipandang sebagai organisme (subjek) yang kemampuan untuk berpikir, mampu
menjelajahi kebutuhan, dan minatnya sendiri maka guru seharusnya berperanan
sebagai: penyedia berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi belajar; (a
guide) bagi munid-murid dalam merumuskan masalah, kegiatan penyelesaian
masalah dan proyek-proyek mereka; merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok
dalam kelas untuk digunakan dalam memcahkan masalah; membantu para siswa dalam
mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah; dan bersama-sama anggota kelas
mengevaluasi mengenai apa yang telah dipelajari; bagaimana mempelajarinya;
informasi baru apa yang setiap siswa peroleh; apa yang siswa temukan oleh
dirinya (Callahan and Clark, 1983). Edward J. (1982) menyimpulkan bahwa guru
berperanan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur
terlalu jauh atas minat kebutuhan peserta didik. Sedangkan peserta didik
berperanan sebagai organisme yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa
untuk tumbuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar