Empirisme
adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa
fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Menurut aliran ini manusia itu
dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak membawa potensi
apa-apa. Manusia
mendapatkan pengetahuan ketika dia telah melakukan suatu yang menjadikan sebuah
pengalaman di kehidupannya. Termasuk tentang hal yang baik maupun buruk. Aliran empirisme menganggap
pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun
pengalaman batiniyah.
Thomas
Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan.
Jadi, dalam hal ini manusia telah memiliki alat-alat untuk mendapatkan
pengetahuan seperti panca indera, dan otak untuk mengembangkan pengetahuan
tersebut, melalui pengalaman yang dijalaninya. Sehingga dalam diri manusia
tidak ada fitrah tentang pengetahuan yang didapatnya. Panca indera yang sudah
dimiliki oleh manusia, kemudian manusia akan memulai segala bentuk pengenalan
dari melihat, mengecap, mendengar, mencium, meraba. Dengan panca indera manusia
memulai pengetahuannya dengan mencoba hal-hal baru. Pada saat fase pertama
hidup manusia, yaitu bayi, kita belajar menggunakan panca indera kita. Seperti
mendengarkan suara-suara, menangis, dan memperhatikan hal yang ada disekitar
kita. Dari kegiatan tersebut, kita berfikir dan mendapatkan pengetahuan. Contoh
sederhananya ketika bayi mencoba menggunakan indera pengecapnya. Dia belum
mengerti bahwa rasa itu apa, namun dia dapat mengerti bahwa hal itu
menyenangkan sehingga dia sudah dapat menerima atau menolak sesuatu yang diberikan
pada indera pengecapnya. Dari situlah dia mulai mendapatkan pengetahuan
dihidupnya.
Selanjutnya
terdapat beberapa definisi mengenai Empirisme, di antaranya: doktrin bahwa
sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman, pandangan bahwa semua
ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami,
pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal. Kaum
empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat
pengalaman. Maka sumber pengetahuan dapat diketahui ketika manusia itu sudah
mencoba dan merasakan beberapa hal dalam kehidupan melalui panca indera, bukan
angan-angan yang hanya dibayangkan tanpa melakukan. Seperti seseorang yang
membuat novel atau film. Dalam membuat karya itu maka sebelumnya ia pernah
mengalami berbagai hal yang akan ia ceritakan dalam novel atau film yang
dibuat. Walaupun, ada yang ditambahkan dari imajinasinya agar cerita itu
menarik, Kemudian disampaikan kepada pembaca atau penonton. Dari hal tersebut,
manusia akan menyadari bahwa apa yang telah manusia alami merupakan sebuah
pengetahuan dari pengalaman. Lalu manusia akan berfikir dari pengalaman yang menyenangkan hingga tidak menyenangkan, baik
atau buruk hal yang dilakukan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Dan
bagaimana tanggapan orang lain terhadap diri kita yang telah melakukan berbagai
hal.
Seorang
yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat
melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan
tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak
kembali, dan apa yang tidak dapat dilacak bukanlah ilmu pengetahuan. Karena
ilmu pengetahuan menurut aliran empirisme dianggap berasal dari pengalaman.
Hal
nyatanya adalah sebuah cerita yang dianggap mitos dan legenda tentang suatu
tempat atau suatu hal yang belum jelas adanya. Misalnya legenda kota Atlantis.
Meski keberadaanya diyakini banyak orang dan ceritanya telah mendunia namun hal
tentang keberadaan kota tersebut belum dapat dibuktikan. Pelacakan tentang
legenda tersebut menunjukkan sedikit keterangan tentang keberadaannya.
Penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari keberadaan kota Atlantis
tersebut. Legenda kota Atlantis belum dapat dilacak keberadaan dan kebenarannya,
sehingga belum dapat disebut sebagai pengetahuan.
Lain
halnya dengan mitos yang menyatakan bahwa buah nanas muda dapat menggugurkan
kandungan. Pada kasus ini pelacakan munculnya mitos tersebut dijalankan.
Ternyata memang pada zaman dahulu terjadi kasus keguguran karena memakan nanas
muda. Penelitian tentang mitos tersebut dilakukan, dan ternyata memang benar
nanas muda mengandung zat-zat yang menimbulkan reaksi keras terhadap rahim.
Maka dengan adanya zat-zat tersebut dalam buah nanas kemungkinan besar
keguguran dapat terjadi. Sehingga mitos tentang nanas muda dapat menggugurkan
kandungan dapat dijadikan suatu ilmu pengetahuan.
Sementara menurut David Hume bahwa
seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah
“persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan
dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara
langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang
berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan
cerminan dari kesan.
Dalam
hal ini kesan-kesan yang dimaksud adalah pandangan tentang suatu hal yang
menyangkut akal budi. Sederhananya tentang baik atau buruk. Misalnya, presepsi
bahwa ketika kita berbuat baik pada seseorang maka orang lain pun akan berbuat
baik kepada kita. Kesan dari presepsi ini adalah kebaikan akan dibalas kebaikan
pula. Sedangkan gagasannya misalkan suatu saat kita berbuat baik kita berharap
akan dibalas baik pula, meski pada kenyataannya tidak selalu begitu. Namun,
presepsi tentang hal tersebut dapat diterima karena kebanyakan orang mempunyai
pengalaman tentang hal tersebut. Dan keadaan ini dapat dijadikan sebuah ilmu
pengetahuan.
Empiris
memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barang kali
merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut
empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang
tertinggi. Maksudnya untuk menujukan sebuah fakta tentang kebenaran harus
menggunakan sebuah indera. Contohnya seperti seseorang yang disebut Amir yang
dijadikan tersangka pencurian. Tapi sebenarnya bukan Amir yang mencuri.
Sebenarnya, Badru yang mencuri. Karena tindakan kejahatan pelaku terlihat oleh
saksi mata yang kebetulan lewat, maka Badru memindahkan barang curiannya ke tas
Amir. Korban yang merasa barangnya hilang menuduh Amir pencuri karena barang
miliknya berada padanya. Untunglah, ada saksi yang melihat kejadian tersebut sehingga
Amir tidak dijadikan tersangka dan dianggap tidak bersalah. Dilihat dari contoh
tersebut dapat disimpulkan bahwa saksi dengan indra penglihatannya dapat
mengetahui kebenaran tentang kejadian pencurian tersebut.
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat
yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan
peranan akal. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang
sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari
panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Ajaran-ajaran
pokok empirisme yaitu :
- Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
- Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
- Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
- Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
- Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
- Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Tokoh-tokoh Empirisme antara lain John Locke (1632 -1704), David Hume ( 1711 -1776), dan Francis Bacon ( 1214 -1294).
Penalaran
yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori dalam memahami permasalahan fakta
hanya bisa sampai pada perumusan hipotesis. Penalaran hanya memberi jawaban
sementara, bukan kesimpulan akhir. Oleh sebab itu agar sampai kepada kesimpulan
akhir, Empirisme diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan jawaban dalam
hipotesis. Untuk menguji jawaban-jawaban yang ada, ilmuwan harus masuk ke alam
nyata. Fakta-fakta atau bukti-bukti yang relevan dengan obyek permasalahan
harus dikumpulkan, disusun dan dianalisis.
Namun demikian peranan Empirisme bukan saja hanya berkaitan dengan tugas pencarian bukti-bukti atau yang lebih dikenal dengan pengumpulan data. Tetapi, sejak awal pengkajian masalah sebenarnya kerja empirisme sudah terlibat. Pengalaman-pengalaman ilmuwan yang berkaitan dengan obyek permasalahan sudah diperlukan dalam memberi analisis terhadap fakta permasalahan. Mekanisme ini merupakan sisi lain dari Empirisme dalam metode ilmiah.
Namun demikian peranan Empirisme bukan saja hanya berkaitan dengan tugas pencarian bukti-bukti atau yang lebih dikenal dengan pengumpulan data. Tetapi, sejak awal pengkajian masalah sebenarnya kerja empirisme sudah terlibat. Pengalaman-pengalaman ilmuwan yang berkaitan dengan obyek permasalahan sudah diperlukan dalam memberi analisis terhadap fakta permasalahan. Mekanisme ini merupakan sisi lain dari Empirisme dalam metode ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar