Total Tayangan Halaman

Kamis, 09 Juli 2015

Penerapan Aliran Empirisme dalam Pendidikan

PGSD / 3A . No absen 23 Diyan Putri Utami
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Manusia mendapatkan pengetahuan ketika dia telah melakukan suatu yang menjadikan sebuah pengalaman di kehidupannya. Termasuk tentang hal yang baik maupun buruk. Aliran empirisme menganggap pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Jadi, dalam hal ini manusia dianggap telah memiliki alat-alat untuk mendapatkan pengetahuan seperti panca indra, dan otak untuk mengembangkan pengetahuan tersebut, melalui pengalaman yang dijalaninya. Sehingga dalam diri manusia tidak ada fitrah tentang pengetahuan yang didapatnya. Dengan panca indra manusia memulai pengetahuannya dengan mencoba hal-hal baru. Pada saat fase pertama hidup manusia, yaitu bayi, kita belajar menggunakan panca indera kita. Seperti mendengarkan suara-suara, menangis, dan memperhatikan hal yang ada disekitar kita. Dari kegiatan tersebut, kita berfikir dan mendapatkan pengetahuan. Contoh sederhananya ketika bayi mencoba menggunakan indera pengecapnya. Dia belum mengerti bahwa rasa itu apa, namun dia dapat mengerti bahwa hal itu menyenangkan sehingga dia sudah dapat menerima atau menolak sesuatu yang diberikan pada indera pengecapnya. Dari situlah dia mulai mendapatkan pengetahuan dihidupnya.
           Selanjutnya secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai Empirisme, di antaranya: doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal. Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Maka sumber pengetahuan dapat diketahui ketika manusia itu sudah mencoba dan merasakan beberapa hal dalam kehidupan melalui panca indra, bukan angan-angan yang hanya dibayangkan tanpa melakukan. Seperti seseorang yang membuat novel atau film. Dalam membuat karya itu maka sebelumnya ia pernah mengalami berbagai hal yang akan ia ceritakan dalam novel atau film yang dibuat. Walaupun, ada yang ditambahkan dari imajinasinya agar cerita itu menarik, Kemudian disampaikan kepada pembaca atau penonton. Dari hal tersebut, manusia akan menyadari bahwa apa yang telah manusia alami merupakan sebuah pengetahuan dari pengalaman. Lalu manusia akan berfikir dari pengalaman yang  menyenangkan hingga tidak menyenangkan, baik atau buruk hal yang dilakukan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Dan bagaimana tanggapan orang lain terhadap diri kita yang telah melakukan berbagai hal.
Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali, dan apa yang tidak dapat dilacak bukanlah ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan menurut aliran empirisme dianggap berasal dari pengalaman.
Hal nyatanya adalah sebuah cerita yang dianggap mitos dan legenda tentang suatu tempat atau suatu hal yang belum jelas adanya. Misalnya legenda kota Atlantis. Meski keberadaanya diyakini banyak orang dan ceritanya telah mendunia namun hal tentang keberadaan kota tersebut belum dapat dibuktikan. Pelacakan tentang legenda tersaebut menunjukkan sedikit keterangan tentang keberadaannya. Penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari keberadaan kota Atlantis tersebut. Legenda kota Atlantis belum dapat dilacak keberadaan dan kebenaraannya, sehingga belum dapat disebut sebagai pengetahuan.
Lain halnya dengan mitos yang menyatakan bahwa buah nanas muda dapat menggugurkan kandungan. Pada kasus ini pelacakan munculnya mitos tersebut dijalankan. Ternyata memang pada zaman dahulu terjadi kasus keguguran karena memakan nanas muda. Penelitian tentang mitos tersebut dilakukan, dan ternyata memang benar nanas muda mengandung zat-zat yang menimbulkan reaksi keras terhadap rahim. Maka dengan adanya zat-zat tersebut dalam buah nanas kemungkinan besar keguguran dapat terjadi. Sehingga mitos tentang nanas muda dapat menggugurkan kandungan dapat dijadikan suatu ilmu pengetahuan.
Sementara menurut David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan cerminan dari kesan.
Dalam hal ini kesan-kesan yang dimaksud adalah pandangan tentang suatu hal yang menyangkut akal budi. Sederhananya tentang baik atau buruk. Misalnya, presepsi bahwa ketika kita berbuat baik pada seseorang maka orang lain pun akan berbuat baik kepada kita. Kesan dari presepsi ini adalah kebaikan akan dibalas kebaikan pula. Sedangkan gagasannya misalkan suatu saat kita berbuat baik kita berharap akan dibalas baik pula, meski pada kenyataannya tidak selalu begitu. Namun, presepsi tentang hal tersebut dapat diterima karena kebanyakan orang mempunyai pengalaman tentang hal tersebut. Dan keadaan ini dapat dijadikan sebuah ilmu pengetahuan.
Empiris memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barang kali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi. Maksudnya untuk menujukan sebuah fakta tentang kebenaran harus menggunakan sebuah indera. Contohnya seperti seseorang yang disebut Amir yang dijadikan tersangka pencurian. Tapi sebernarnya bukan Amir yang mencuri. Sebenarnya, Badru yang mencuri. Karena tindakan kejahatan pelaku terlihat oleh saksi mata yang kebetulan lewat, maka Badru memindahkan barang curiannya ke tas Amir. Korban yang merasa barangnya hilang menuduh Amir pencuri karena barang miliknya berada padanya. Untunglah, ada saksi yang melihat kejadian tersebut sehingga Amir tidak dijadikan tersangka dan dianggap tidak bersalah. Dilihat dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa saksi dengan indra penglihatannya dapat mengetahui kebenaran tentang kejadian pencurian tersebut.
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :

  1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.   
  2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio. 
  3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.  
  4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data    inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika)   
  5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
  6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Tokoh-tokoh Empirisme antara lain John Locke (1632 -1704), David Hume ( 1711 -1776), dan Francis Bacon ( 1214 -1294).
Penalaran yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori dalam memahami permasalahan fakta hanya bisa sampai pada perumusan hipotesis. Penalaran hanya memberi jawaban sementara, bukan kesimpulan akhir. Oleh sebab itu agar sampai kepada kesimpulan akhir, Empirisme diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan jawaban dalam hipotesis. Untuk menguji jawaban-jawaban yang ada, ilmuwan harus masuk ke alam nyata. Fakta-fakta atau bukti-bukti yang relevan dengan obyek permasalahan harus dikumpulkan, disusun dan dianalisis.
Namun demikian peranan Empirisme bukan saja hanya berkaitan dengan tugas pencarian bukti-bukti atau yang lebih dikenal dengan pengumpulan data. Tetapi, sejak awal pengkajian masalah sebenarnya kerja empirisme sudah terlibat. Pengalaman-pengalaman ilmuwan yang berkaitan dengan obyek permasalahan sudah diperlukan dalam memberi analisis terhadap fakta permasalahan. Mekanisme ini merupakan sisi lain dari Empirisme dalam metode ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar